Selasa, 20 Maret 2012

Tinjauan Makro Ekonomi (Penawaran dan Permintaan Agregat)


A.     Masalah-masalah Makroekonomi
Makroekonomi mempelajari mengenai keseluruhan kehidupan ekonomi yaitu : total output,pengangguran dan inflasi,jumlah uang beredar serta defisit anggaran. Hal ini berlawanan dengan mikroekonomi yang mempelajari perilaku pasar,harga-harga dan output secara individu.
Tujuan utama makroekonomi adalah :
a.       Output dan tingkat konsumsi yang tinggi dengan laju pertumbuhannya yang cepat. Output biasanya diukur dengan Produk Nasional Bruto atau Gross National Product (GNP), yang merupakan nilai total barang dan jasa yang dihasilkan dalam tahun tertentu. Dan GNP seharusnya tinggi relative terhadap GNP potensial (yaitu tingkat output maksimum yang bisa dicapai atau tingkat output dengan kesempatan kerja yang tinggi).
b.      Kesempatan kerja yang tinggi dan pengangguran yang rendah.
c.       Stabilitas tingkat harga (atau laju inflasi yang rendah), dimana harga dan tingkat upah ditetapkan oleh mekanisme pasar bebas.
d.      Keseimbangan hubungan luar negeri,dimana nilai ekspor kurang lebih seimbang dengan nilai impor, dan mata uang Negara tersebut memiliki nilai kurs yang stabil terhadap mata uang asing.

Sebelum ilmu makroekonomi dikembangkan, Negara-negara cenderung terombang-ambing dalam arus makroekonomi  yang selalu berpindah-pindah tanpa suatu kemudi apapun. Sekarang ini, terdapat banyak sekali instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai alat kemudi ekonomi, yaitu:
1.      Kebijakan fiscal (yaitu belanja negara dan perpajakan ) berperan dalam penetapan alokasi pengeluaran untuk keperluan perorangan atau fasilitas umum. Kebijakan ini juga membantu penetapan jumlah seluruh pengeluaran serta berpengaruh pada permintaan agregat.
2.      Kebijakan moneter (yang terutama  berpengaruh pada tingkat suku bunga dan kredit melalui penentuan jumlah uang beredar) sangat berperan dalam perekonomian yang peka terhadap suku bangsa. Sector yang paling terkena terutama adalah pembangunan perumahan dan penanaman modal oleh perusahaan-perusahaan, yang bisa naik atau turun mengikuti kebijakan bank sentral yang menaik-turunkan tingkat suku bunga.
3.      Kebijakan pendapatan (berupa program-program yang secara langsung mempengaruhi tingkat upah dan harga) merupakan upaya mengembalikan inflasi tanpa beban resesi dan pengangguran.
4.      Bergantung pada situasi luar, Negara dapat mengambil langkah-langkah untuk mempengaruhi perdagangan luar negerinya. Jadi Negara dapat melakukan intervensi terhadap nilai kurs uangnya dengan uang asing, dapat menghambat impor atau ekspor melalui pengenaan tariff atau kuota dan sebagainya.

Amerika Serikat baru mengembangkan tujuan-tujuan makroekonominya sesudah Perang Dunia II. Undang-undang Kesempatan Kerja (Employment Act) tahun 1946 menyatakan bahwa kebijakan pemerintah adalah “untuk mendorong kesempatan kerja, produksi dan daya beli pada tingkat maksimal. Tapi usaha-usaha ini ternyata sedikit hasilnya.

Amerika Serikat dan juga Negara-negara industri lainnya, terjebak dalam perangkap stagflasi,yaitu stagnasi bersamaan dengan inflasi, selama hamper seluruh dasawarsa 1970-an dan 1980-an. Tidak satu pun Negara besat berhasil meraih tujuan kembar,yaitu stabilitas harga dan pengangguran rendah sejak dasawarsa 1960-an. Prestasi yang buruk ini membuktikan adanya “tradeoff” dalam makroekonomi, seperti halnya tradeoff yang berlaku pada kurva batas kemungkinan-produksi (p-p frontier). Tradeoff yang pokok dalam jangka pendek adalah bahwa tidak satu Negara pun mampu menikmati penggunaan tenaga kerja penuh (full employment), inflasi rendah dan mekanisme pasar bebas dalam waktu yang lama.

B.     Penawaran dan Permintaan Agregat
Dalam menganalisis masalah makroekonomi, perlu dibedakan dengan tegas tiga jenis variable,yaitu:
1.      Variable kebijakan atau instrumen-instrumen kebijakan.
2.      Variable eksternal, misalnya jumlah penduduk atau cuaca yang mengembangkan ekonomi secara mandiri.
3.      Variable hasil (induced variable), misalnya output,inflasi dan pengangguran yang di tetapkan didalam atau oleh sistem ekonomi.

Alat analisis yang utama dalam upaya memahami bagaimana proses bekerjanya makroekonomi adalah penawaran agregat (AS) dan permintaan agregat (AD). Permintaan agregat merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga,perusahaan, maupun pemerinta dalam suatu perekonomian. Jumlah ini menggambarkan seluruh output real yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Sementara itu penawaran agregat menggambarkan berapa besar GNP riel yang akan diproduksi dan di jual oleh seluruh perusahaan pada tingkat harga tertentu, biaya tertentu, serta dalam kodisi pasar tertentu.

Kurva AS dan AD mempunyai bentuk yang sama dengan kurva penawaran dan permintaan dalam mikroekonomi,walaupun alas an yang dibaliknya berbeda. Permintaan agregat memiliki kemiringan yang turun ke kanan bawah,sebagian karena para konsumen akan lebih mampu menggunakan jumlah pendapatan dan kekayaan bila harga-harga turun. Demikian pula, kemiringan kurva AS dalam jangka pendek naik ke kanan atas karena kalangan perusahaan memilih beberapa jenis biaya yang bersifat tetap, dengan kondisi seperti ini, perusahaan-perusahaan akan memproduksi lebih banyak barang dan sekaligus sedikit menaikkan harga bila permintaan terlihat meningkat. Mereka mampu menghasilkan laba yang lebih besar dengan harga-harga barang yang lebih mahal, serta akan selalu mau memproduksi lebih banyak lagi.

Titik ekuilibrium makroekonomi, yang menentukan tingkat harga dan jumlah output agregat, terjadi pada titik pertemuan kurva AS dan AD. Dalam jangka waktu yang sangat pendek, kurva AS secara perlahan naik sehingga dengan demikian tingkat output riel terutama ditentukan pada titik perpotongan kurva AD dengan kurva AS yang hamper datar itu. Dalam jangka waktu yang sangat panjang, kurva AS berbentuk tegak (vertikal). Ini menggambarkan kenyataan bahwa dalam jangka waktu yang sangat panjang semua jenis biaya bersifat variable, sehingga struktur biaya pun akan mengikuti pola harga-harga output. Karena kurva AS jangka panjang berbentuk vertikal pada titik output potensial, maka titik inilah yang menentukan besarnya jumlah output yang harus diproduksi. Jumlah ini di peroleh dari perpotongan kurva AD dengan kurva AS.

Sejarah ekonomi Amerika belakangan ini memberikan penerapan yang tepat dari konsep AS-AD, yaitu:
a.       Pada pertengahan dasawarsa 1960-an, perang Vietnam membengkakkan defisit pemerintah, serta banyaknya jumlah uang beredar menggeser dangan tajam AD ke kanan atas. Hasilnya adalah lonjakan harga-harga dan laju inflasi.
b.      Diawal dasawarsa 1970-an, serangkaian “goncangan penawaran” (supply shocks) yang memberikan dampak negative telah menggeser kurva AS ke kiri atas. Hasilnya adalah merosotnya output dibarengi kenaikan harga dan laju inflasi.
c.       Di akhir dasawarsa 1970-an,kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah menyababkan resesi berat dalam upayanya menekan laju inflasi. Program pengetatan uang menggeser AD ke kiri, kebalikan dari masa perang Vietnam. Stagnasi yang terjadi di awal dasawarsa 1980-an menelorkan penurunan inflasi dengan tajam yang di barengi dengan meningkatnya pengangguran.


Sumber : Ekonomi-Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus,jaksa wasana,edisi keduabelas-jilid 1,penerbit Erlangga.

2 komentar:

  1. kita juga punya nih jurnal mengenai Makroekonomi silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6193/1/JURNAL%20IRNI%20RISTIKA%20S..pdf

    BalasHapus